Kamis, 27 November 2014

Syaikh Muhammad Basyir Ibrahimi

0 komentar

New Picture (8)

Pernah Syaikh al-Ibrahimi rahimahullahu mengatakan, “Suatu hari, aku menziarahi Syaikh Ahmad al-Barzanji –rahimahullahu- dirumahnya di Madinah al-Munawaroh. Beliau berkata kepadaku setelah masuk dalam pembahasan hadits: “Aku ijazahkan kepadamu tiap-tiap riwayatku dari qira’at dan penyema’an (yakni ijazah ammah –red) dengan syaratnya … dan seterusnya. Lalu Syaikh al-Ibrahimi berkata kepadanya, “Sesungguhnya engkau tidak memuaskan saya dengan hanya ijazah seperti ini..”. Maka Syaikh Ahmad al-Barzanji tertawa tanpa mengingkarinya. Setelah itu Syaikh al-Ibrahimi belajar kepadanya dalam sebagian durus Shahih Bukhori dan barulah ia merasa mendapatkan sesuatu (ilmu) dan hal itu ia sampaikan kepada Syaikh Ahmad al-Barzanji. Berkata Syaikh Ahmad kepadanya, ”Wahai anaku, ini adalah dirayah, yang dulu itu riwayah..”.[1]

Syaikh Ahmad al-Barzanji ini adalah Mufti asy-Syafi’iyah di zamannya. Dalam Ithaful Ikhwan hal 19, disebutkan bahwa Syaikh Ahmad bin Ismail al-Barzanji meriwayatkan dari Bapaknya Ismail bin Zainul Abidin yang meriwayatkan dari Syaikh Shalih al-Fullani, dan sanad al-Fullani bisa merujuk tsabatnya Qathaf ats-Tsammar fi Raf’i Asanid al-Musannafat fi al-Funun wa Al-Atsar, telah dicetak. Disamping itu, Syaikh Ismail juga meriwayatkan dari Bapaknya Zainul Abidin bin Muhammad dari Bapaknya Muhammad Abdul Hadi yang meriwayatkan dari Pamannya Ja’far penulis Maulid Nabi yang terkenal itu dari Bapaknya Hasan dari Bapaknya Abdul Karim dari Bapaknya Muhammad bin Abdur Rasul al-Barzanji penulis berbagai tulisan terkenal yang meriwayatkan dari Ibrahim al-Kurani, sanad al-Kurani bisa merujuk tsabatnya al-Umam li Iqaz al-Himam yang di cetak di Hyderaabad.

Disamping kepada Syaikh Ahmad al-Barzanji, Syaikh al-Ibrahimi juga diketahui mengambil riwayah dari beberapa syaikh kenamaan lainnya. Hal itu beliau sebutkan dalam ijazahnya kepada Syaikh Muhammad al-Fasi al-Fihri ketika berkunjung ke Aljazair tahun 1964 M [2]. Diantara gurunya itu :

New Picture (9)

1. Syaikh Husein Ahmad al-Madani al-Faidh Aabadi al-Hindi (w. 1377 H),

Ulama India masyhur, beberapa penulis bahkan menggelarinya Syaikhul Islam. Meriwayatkan dari Syaikh Mahmud Hasan ad-Deobandi dan Syaikh Rasyid Ahmad al-Kankuhi [3]

New Picture (10)

2. Syaikh Muhammad al-Aziz bin Muhammad ath-Thayib Bua’tur at-Tunisi (w. 1325 H/1907 M),

Ulama masyhur dari Tunisia, kakek dari pihak ibu bagi Syaikh al-Zaituniyah Muhammad Thahir bin ‘Asyur, juga guru beliau dalam periwayatan hadits. Sanadnya disebutkan oleh Syaikh Ahmad al-Ghumari dalam Mu’jam al-Wajiz hal. 12. Yaitu dia meriwayatkan dari Syaikh Muhammad Shalih ar-Ridhawi al-Bukhori dari Syaikh Rafi’uddin al-Qandahari dari Muhammad ibn Abdullah al-Maghribi al-Madani dari Abdullah bin Salim al-Bashri. Untuk tersambung kepada berbagai kitab hadits, fiqh dan lainnya, bisa melalui Tsabat Syaikh Abdullah al-Bashri, telah dicetak dan dikenal.

New Picture (11)

3. Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani (w.1350 H),[4]

Dikisahkan dalam Aatsar Syaikh Muhammad al-Basyir al-Ibrahimi (3/544), mereka bertemu disalah satu pintu di Masjidil Harom, setelah memuji keilmuan al-Ibrahimi, an-Nabhani berkata kepadanya :

وقد أجزتُك بكل مُؤلّفاتي ومرويّاتي، وكُلِّ ما لي مِن مقروء ، ومسموع -من كل ما تضمّنَه «ثَبَتي

“Aku ijazahi engkau untuk meriwayatkan tiap-tiap karya tulisku dan riwayatku, dan tiap-tiap apa-apa yang ada padaku dari qiroat dan masmu’at dari tiap-tiap apa yang terkandung dalam Tsabatku…”.

Syaikh Yusuf an-Nabhani ini dikomentari oleh Syaikh Jamaluddin al-Qasimi dalam risalahnya Rihlati ila al-Madinah al-Munawarah hal 26, “Dia Syaikh al-Hasywiyah dan al-Quburiyyah”. Dari sini, perhatikan lah bahwa Syaikh al-Ibrahimi adalah seorang salafi tapi diijazahi oleh selain salafi. Ini biasa dalam periwayatan, sebagaimana banyak non salafi diijazahi syaikh salafi. Anda bisa merujuk berbagai kitab ilmu hadits yang membahas masalah ini lebih luas. Apalagi setiap orang tak lepas dari kesalahan, andaikata seorang syaikh telah termasuk ahli bid’ah sekalipun, maka riwayatnya masih bisa diterima selama ia muslim yang jujur dalam periwayatannya. Imam Al-Khathib Al-Baghdadi (w. 463 H/ 1072 M) rahimahullahu berkata,

طَائِفَة من أهل الْعلم إِلَى قبُول أَخْبَار أهل الْأَهْوَاء الَّذين لَا يعرف مِنْهُم استحلال الْكَذِب وَالشَّهَادَة لمن وافقهم

”... Sebagian ulama menerima riwayat dari ahli bid’ah yang tidak dikenal menghalalkan dusta dan membuat kesaksian palsu untuk para pengikutnya”. (al-Kifayah hal. 367 –cet Darul Huda).

Al-Hafizh Ibn Shalah (w. 643 H/ 1245 M) berkata,

وَمِنْهُمْ مَنْ قَبِلَ رِوَايَةَ الْمُبْتَدِعِ إِذَا لَمْ يَكُنْ مِمَّنْ يَسْتَحِلُّ الْكَذِبَ فِي نُصْرَةِ مَذْهَبِهِ أَوْ لِأَهْلِ مَذْهَبِهِ

”Diantara para ulama ada yang menerima riwayat ahli bid’ah asal tidak menghalalkan dusta untuk membela mazhab atau bagi pengikutnya”. (Muqadimah Ibn Shalah hal. 298 –cet Darul Ma’arif).

Murid al-Ibrahimi Dalam Riwayah

Diantara murid beliau dalam riwayat adalah pemilik penerbitan Maktab al-Islami, yaitu Syaikh Zuhair Asy-Syawisy, kebanyakan ulama sekarang untuk tersambung kepada Syaikh al-Ibrahimi meriwayatkan dari arah Syaikh Zuhair asy-Syawisy ini. Dahulu Syaikh Zuhair termasuk yang mutasyadid dalam ijazah, tapi diakhir hayatnya beliau lebih mudah. Maka tidak heran begitu banyak ulama dan penuntut ilmu yang kemudian mendapatkan ijazah hadits darinya.[as-surianji].

 


[1] Aatsar Syaikh Muhammad al-Basyir al-Ibrahimi 3/544 dengan diringkas

[2] Aatsar Syaikh Muhammad al-Basyir al-Ibrahimi 5/311-312

[3] Lihat biografinya dalam Mu’jam al-Ma’ajim al-Marasyali (2/506).

[4] Lihat biografinya dalam Mu’jam al-Ma’ajim al-Marasyali (2/397)

Leave a Reply

Mohon berkomentar dengan santun

Labels