Kamis, 27 November 2014

Abdurrahman As-Sa’di

1 komentar

New Picture (4) al-Mufassir al-Muhadits as-Salafi, penulis tafsir terkenal “Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Manan” yang dikenal dengan Tafsir as-Sa’di. Beliau adalah Abu Abdillah Abdurrahman bin Nashir bin Abdillah bin Nashir bin Hamd Aal Sa’di al-Tamimi al-Najdi al-Hanbali. Syaikh berasal dari Bani Tamim dan dilahirkan di Unaizah pada tahun 1307 H (1889 M) dan meninggal pada tahun 1376 H (1957 M).


Karya-Karya Unik as-Sa’di

Beliau termasuk ulama yang memiliki wawasan luas dan terbuka, demikian itu terlihat dari karya-karyanya. Misalnya :

1. Ia menulis bahwa Sains modern tidak bertentangan dengan Islam, untuk mem-bantah sebagian Syaikh yang berpandangan sempit dengan menganggap penemuan modern seperti mikrophone dan speaker sebagai sihir, dalam bukunya : ad-Dalail al-Qur’aniyyat fi anna al-ulum an-Nafi’at al-Ashriyyat Dakhilatun fi ad-Dinn al-Islami (Dalil-Dalil Al-Qur’an Yang Menyatakan Bahwa Sains Modern Termasuk Bagian Dari Agama Islam).

2. Ia juga menulis bantahan kepada rasionalis modern penyeru ateisme dan anti agama dalam bukunya: al-Adillat al-Qawathi wa al-Barohin fi Ibtholi Ushul al-Mulhiddin (Dalil-Dalil Yang Valid Dan Bukti-Bukti Dalam Mementahkan Semua Prinsip Orang-Orang Atheis).

3. Syaikh juga berpendapat kalau banyaknya penemuan modern sebagai salah satu dari cikal bakal fitnah Dajjal atau bahkan salah satu karya Dajjal yang luar biasa dalam bukunya : Risalah Fi Fitnah ad-Dajjal.[1]

4. Beliau juga berpendapat kalau Yajuz Majuz sudah keluar saat ini dan bahwa benteng Dzulqarnain telah luluh lantak dan Yajuz Majuz telah bercampur baur dengan berbagai bangsa, dalam bukunya Risalah Fi Fitnah Yajuz Majuz. [2]

Dan banyak lagi karya beliau yang lain yang bermanfaat. Tak jarang karena kontroversi karya-karyanya ini, beliau berurusan dengan banyak orang yang tidak senang dengannya.

Guru Beliau Dalam Riwayah

Dalam riwayat, beliau meriwayatkan dan mendapatkan ijazah hadits sedikitnya dari dua orang guru:

Pertama, Syaikh Shalih bin Utsman al-Qadhi. Syaikh as-Sa’di telah membaca kepada gurunya ini Kitabusittah, yang mana gurunya telah membaca Kitabusittah ini kepada gurunya Syaikh Muhammad bin Abdurrahman al-Anshari al-Saharanfuri al-Hindi dan juga ijazah. Hal itu dikatakan dalam al-Ghayah (hal. 13-14). Syaikh al-Anshori ini meriwayatkan dari Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Siroj yang meriwayatkan dari Syaikh Muhammad Abdullah bin Hasyim al-Fulani dari Syaikh Shalih bin Muhammad al-Fullani, hal ini disebutkan dalam Bulughul Ammani (hal 18, 46), dan Syaikh Abdullah Siroj ini meriwayatkan juga secara langsung kepada Syaikh Shalih al-Fullani. Selanjutnya bisa merujuk Tsabat Syaikh Shalih Fullani yang masyhur. Syaikh As-Saharanfuri juga meriwayatkan secara aliy dari Syaikh Muhammad Ishaq ad-Dihlawi, sebagaimana diungkap Syaikh Abdul Hayy al-Kattani dalam Fihras al-Faharis hal 728 dan al-Falimbani dalam Bulughul Ammani hal. 46.

Kedua, Syaikh al-Mu’ammar Ali bin Nashr bin Muhammad Abu Wadi (w. 1361 H) yang meriwayatkan dari Syaikh Nadzir Husein ad-Dihlawi dari Syaikh Muhammad Ishaq ad-Dihlawi. Biografi Syaikh Ali Abu Wadi disebutkan dalam muqadimah Najm al-Badi’ Tsabat Ibn ‘Aqil. Diceritakan bahwa Syaikh Ali ini pernah melakukan perjalanan ke India, di Delhi ia bertemu dengan Syaikh Nadzir Husein dan mendapatkan darinya sanad-sanad berbagai kitab. Kemudian ia pulang ke Unaizah, dan beberapa ulama di daerahnya meriwayatkan darinya, seperti : Syaikh Utsman bin Shalih al-Qadhi, Syaikh Sulaiman bin Shalih al-Basam, Syaikh Abdullah Abdurrahman al-Basam, Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Aqil dan juga Syaikh Abdurrahman as-Sa’di.

Sebagai tambahan, dalam Fathul Jalil hal 353 disebutkan bahwa Syaikh Ali Abu Wadi juga mendapatkan ijazah dari satu guru yang lain, yaitu Syaikh Muhammad bin Umar bin Haidar ar-Rumi di Unaizah tahun 1309 H. Syaikh Muhammad ar-Rumi meriwayatkan dari beberapa Masyaikh diantaranya Syaikh Mahmud bin Sulaiman as-Sakandari yang sanadnya hanya diperantarai satu perowi kepada al-Amir al-Kabir pemilik Tsabat yang terkenal.

Murid Beliau Dalam Riwayah

Untuk mendapatkan jalur sanad dari arah Syaikh Abdurrahman bin Nashr as-Sa’di melalui ijazah ammah, bisa lewat jalan Syaikhuna al-Musnid Masa’ad al-Basyir as-Sudani yang meriwayatkan dari Syaikh Abdullah an-Najdi yang meriwayatkan dari Syaikh as-Sa’di. Sanad ini tentu nazil, dimana sebagian masyaikh yang masih hidup sekarang hanya melewati satu orang perowi sampai kepada Nadzir Husein, seperti Syaikhuna Muhammad Israil an-Nadwi, Syaikhuna Dhahiruddin al-Mubarakfuri dan lainnya, sedangkan jika melalui jalan Syaikh Abdurrahman as-Sa’di mesti melalui 3 – 4 perowi. Namun demikian, kita juga senang jika sebagian sanad kita melewati ulama-ulama hebat seperti Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullahu.

Diantara yang meriwayatkan dari Syaikh Ibnu Sa’di adalah Syaikh Sulaiman bin Ibrahim al-Bassam. Beliau diijazahi untuk meriwayatkan darinya semua riwayat dan karya tulisnya. Untuk tersambung dari arah ini bisa melalui Syaikhuna Dr. Abu Khalid Walid bin Idris al-Manisi yang meriwayatkan dari Syaikh Hasan bin Abdul Hamid al-Zabadi yang meriwayatkan dari Syaikh Sulaiman al-Bassam.

Diantara yang mendapat ijazah dari As-Sa’di adalah Syaikh Muhammad bin Abdullah Asy-Syinqithi, tapi beliau hanya diijazahi untuk meriwayatkan semua karya tulisnya saja. Yang meriwayatkan darinya adalah guru kami Syaikh Prof. Dr. Ashim al-Quryuthi.

Diantara yang lama belajar kepada Syaikh as-Sa’di adalah Syaikh al-Musnid Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Aqil al-Hanbali rahimahullahu tapi tidak disebut-sebut kalau beliau mendapatkan ijazah ammah darinya. Namun demikian, kepada Syaikh as-Sa’di, Syaikh Ibnu ‘Aqil telah banyak mengkhatamkan bacaan berbagai kitab mulai dari tauhid, hadits, bahasa dan lainnya, ini lebih tinggi nilainya dari ijazah. Lihat kitab-kitab apa saja yang dibaca kepada Syaikh as-Sa’di ini dalam Tsabat Syaikh Ibn ‘Aqil, Fathul Jalil hal. 42-44, tsabat ini disusun oleh muridnya Syaikhuna al-Musnid Muhammad Ziyad Umar at-Tuklah. [as-surianji]

 


[1] Diantara yang berpendapat semisal beliau adalah Syaikh al-Allamah Muhammad Rasyid Ridho pemilik Majalah al-Manar sebagaimana dikutip pernyataannya dari Majalah al-Manar oleh Syaikh Abdurrahman as-Sa’di dalam Bukunya itu.

[2] Diantara yang berpendapat demikian adalah Syaikh al-Muhadits Muhammad Anwar Shah al-Kasymiri dalam kitabnya Faidhul Baari Syarah Shahih Bukhori (4/23).

One Response so far

  1. Bam says:

    Syukron akhi atas tulisannya yang bermanfaat ini :)
    semoga kita semua bisa meneladi kisah hidup beliah :)

Leave a Reply

Mohon berkomentar dengan santun

Labels