Selasa, 02 Desember 2014

Syaikh al-Allamah Muhammad Sulthan al-Ma’shumi al-Khujandi (w. 1381 H)

0 komentar

New Picture (3)

Nama beliau Abu Abdulkarim Muhammad Sulthan bin Abi Abdullah Muhammad Aurun bin Muhammad Sair Sayyid bin Abdurrahim bin Abdullah bin Abdul Latif bin Muhammad Ma’shum. Lahir tahun 1297 H ditengah keluarga terhormat, kaya, ‘alim dan penuh dengan adab-adab sunnah. Gelar “al-Ma’shumi” nisbat kepada leluhurnya yang paling atas, sedangkan “al-Khujandi” adalah nisbat kepada tempat kelahirannya sebuah negeri didekat Rusia bernama Khujandah, dalam bahasa Persia disebut Mazandah. [1]

Syaikh rahimahullahu memiliki banyak tulisan bermanfaat, diantaranya yang masyhur dalam hal kecaman bagi fanatisme mazhab, berjudul Hadiyatus Sulthan ila Muslimi Biladil Yaban. Kitab ini dicetak dengan judul berbeda disebagian negara, dan diterjemahkan pula ke dalam berbagai bahasa sehingga manfaatnya dirasakan meluas. Pujian kepada beliau pun mengalir dari berbagai negeri diantaranya apa yang dikatakan ahli hadits Mesir dimasanya Syaikh al-Allamah al-Kabir Ahmad bin Muhammad Syakir al-Mishri rahimahullahu dalam salah satu risalahnya, kata beliau: “’Alim Fadhil dari saudara kami ulama Hijaz salafiyyin, beliau adalah Syaikh Muhammad Shulthan al-Ma’shumi al-Khujandi”.[2]

Petualangan beliau menuju manhaj salaf yang bersih dan selamat sudah terkenal, setelah sebelumnya beliau jatuh dalam lumpur kegelapan seperti kebanyakan orang dimasa itu dari fanatisme mazhab, mewajibkan membai’at salah satu syaikh tarekat sufi, dan anggapan bahwa ahlus sunnah adalah maturidiyah dan asya’irah adapun selainnya adalah ahlu bid’ah. Juga perlawanannya kepada para penjahat komunis di negerinya sehingga beliau dipenjara berkali-kali dan sempat dijatuhi hukuman tembak mati, sampai kemudian Allah Ta’ala menyelamatkannya. Beliau juga menjelajahi berbagai negeri Islam untuk mencari ilmu dan pengalaman, bertemu dengan banyak Syaikh hebat dimasanya, sampai kemudian tinggal di Mekkah dan didaulat mengajar di Darul Hadits Khairiyah dan di Masjidil Harom sampai meninggalnya, rahimahullahu.

Guru Beliau Dalam Riwayah

Ulama besar menggabungkan dua keutamaan, ‘alim dalam dirayah dan ‘alim dalam riwayah. Sebagaimana kata Al-Zamakhsyari,

العلم مدينة أحد بابيها الدراية والثاني الرواية

“Ilmu itu seperti sebuah kota, salah satu pintu gerbangnya dirayah dan pintu yang kedua riwayah”.[3]

Syaikh Muhammad Shulton al-Ma’shumi meriwayatkan dari banyak sekali ulama yang beliau dapatkan dari rihlah panjangnya, dan beliau memiliki tsabat tersendiri tentang ini, seperti disebut-sebut dalam biografi beliau, dengan judul ad-Durr al-Mashnun fi Asanid Ulama ar-Rabi al-Maskun, Sanadul Ijazah li Thalibil Ifadah dan al-Mustadrak anil Asanidil Mustahlak. Sayang sekali kami belum bisa mendapatkan kitab-kitab ini, namun demikian sanad-sanad beliau masih bisa kita rujuk kepada berbagai nash ijazah atau keterangan murid-murid beliau atau berbagai risalah biografi beliau.

Misalkan dari Tsabat Syaikh al-Allamah Yahya Muhammad latif Syakur al-Ahnumi hal. 25, beliau berkata tentang gurunya Syaikh al-Ma’shumi : “Diantara guru saya Syaikh al-Allamah Abu Abdulkarim Muhammad Sulthon al-Ma’shumi al-Khujandi as-Salafi “al-Bukhori” asalnya, dan “al-Makki” tempat hijrahnya. Mengajar di Darul Hadits dan Masjidil Harom, dan aku mendengar darinya Shahih Bukhori dan Muslim dan selain keduanya, dan beliau mengijazahiku tiap-tiap riwayat dan apa yang disema’ nya dari guru-gurunya pada tahun 1355 H dari apa-apa yang ada dalam tsabat al-Yani’ al-Jani fi Asanid Abdul Ghani, dengan riwayatnya dari gurunya Syaikh Muhammad Ma’shum bin Abdul Rasyid al-Mujadidi al-Madani dari penulisnya langsung Syaikh Abdul Ghani ad-Dihlawi al-Madani dan apa-apa yang ada dalam tsabat Hashr asy-Syarid fi Asanid Muhammad Abid yang diriwayatkan dari jalan Syaikh Abdul Ghani yang lalu dari penulisnya Syaikh Muhammad Abid as-Sindi… dst”.

Dalam ijazahnya kepada Syaikh al-Allamah al-Musnid al-Mu’arikh Sulaiman bin Abdurrahman alu ash-Shani’ an-Najdi (w. 1389 H) dalam Tsamr al-Yani’ hal. 118-120 disebutkan ringkasan guru-gurunya, mereka adalah :

1. Syaikh al-Muhadits al-Kabir Abu Syu’aib bin Abdurrahman ar-Ribathi ad-Dukkali, yang meriwayatkan dari Syaikh al-Azhar Salim al-Bashri dari Syaikh Ahmad Minatullah al-Azhari al-Maliki dari Syaikh al-Amir al-Kabir pemilik Tsabatnya masyhur, dari Syaikh Shalih al-Fulani pemilik Tsabat masyhur pula.

2. Syaikh Abdul Jalil bin Abdul Salam al-Baradah al-Madani yang secara ‘aliy meriwayatkan dari Syaikh Ahmad Minatullah.

3. Syaikh Muhammad Shalih bin Shadiq Kamal al-Hanafi al-Makki dari Syaikh Muhammad Ali bin Dhahir al-Watri juga dari Syaikh Ahmad Minatullah.

4. Syaikh Muhammad Bakhit al-Muthi’i,

5. Syaikh Yusuf an-Nabhani, keduanya (4-5) dari Syaikh Salim al-Bashri diatas.

6. Syaikh Muhammad Murod bin Abdullah al-Kazani al-Makki al-Hanafi

7. Syaikh Muhammad Awwadh bin Ibrahim al-Khujandi al-Bukhori, keduanya (6-7) dari Syaikh Muhammad Ali bin Dhahir al-Watri juga.

8. Syaikh Muhammad Abdul Hayy bin Abdul Kabir al-Kattani yang meriwayatkan dari Bapaknya dari Syaikh Abdul Ghani al-Mujadidi dari Syaikh Muhammad Abid as-Sindi dari Syaikh Shalih al-Fulani.[4]

Beliau juga diceritakan meriwayatkan banyak kitab secara sama’i kepada guru-gurunya begitu pula meriwayatkan dengan ijazah dari sejumlah ulama seperti Syaikh al-Muhadits al-Kabir Negeri Syam Badruddin al-Hasani, Syaikh al-Musnid Hijaz Ahmad al-Barjanji, Syaikh Musnid Syam Abu Khair Abidin dan lain-lain, sebagaimana diceritakan dalam biografi nya, dan jumlah gurunya mencapai 80 syaikh.

New Picture (4)

Murid Beliau Dalam Riwayah

Diantara yang meriwayatkan darinya dengan ammah :

1. Syaikh al-Musnid Muhammad Yasin al-Fadani,

2. Syaikh al-Mu’arikh Sulaiman ash-Shani’ an-Najdi,

3. Syaikh al-Muhadits Muhammad ash-Shumali

4. Syaikh al-Muhadits Yahya Muhammad Latif Syakur

Adapun yang diketahui secara jelas -sependek penelusuran kami- muridnya yang diijazahi untuk kumpulan karya tulis beliau adalah murid beliau di Darul Hadits Khairiyah Makkah yaitu Syaikh Sulaiman ash-Shani’. Telah jelas dalam ijazah al-Ma’shumi kepada ash-Shani’ ucapan beliau, “Dan aku ijazahkan kepadanya semua karya tulisku..” (Tsamr al-Yani’ hal. 120). Walaupun Ijazah ammah sebenarnya telah mencukupi juga, ijazah ammah artinya izin umum baik manqul maupun ma’qul, hanya saja lafazh ijazah yang lebih detail disukai dikalangan ahli riwayat.

Syaikh kami dalam riwayat, Syaikh Muhammad bin Ali al-Manshur hafizahullahu, beliau meriwayatkan dari al-Allamah Yahya Muhammad Latif Syakur dengan ijazah umum, dalam tsabatnya beliau berkata, ”Telah mengijazahi kepada kami Syaikh al-Allamah al-Hafizh Yahya Muhammad Latif Syakur rahima hullahu Ta’ala dengan keumuman ijazahnya dalam Tsabatnya (Ithaf al-Akabir wa Ash-Shangir) bagi setiap orang yang menjumpainya dan menginginkan ijazah darinya. Dan sungguh aku menjumpainya bahkan shalat bersamanya”. Selain meriwayatkan secara langsung kepada al-Allamah al-Ma’shumi, Syaikh Yahya juga meriwayatkan melalui Syaikh Sulaiman ash-Shani’ dari al-Ma’shumi. [as-surianji]


[1] Lihat biografi beliau dalam Muqadimah Halil Muslim Mulzam Bittiba Mazhab Mu’ayyan minal Mazhahib al-Arba’ah?.

[2] Baini wa baina Hamid al-Faqi lewat kitab: Jumhurat Maqalat al-Allamah asy-Syaikh Ahmad Muhammad Syakir hal 390.

[3] Dinukil dari Tsabat Syaikh Abu Bakr bin Muhammad ‘Arif Khuwaqir al-Maki al-Hanbali, “Tsabat al-Atsbat Asy-Syahirah” hal. 13.

[4] Menurut pengamatan penulis, beliau suka menisbatkan sanad kepada Shalih al-Fulani sebagaimana nampak dalam beberapa nash ijazahnya. Mungkin karena kesamaan pandangan keduanya tentang taqlid dan fanatisme mazhab, tapi ini hanya perkiraan penulis saja, wallahu’alam.

Leave a Reply

Mohon berkomentar dengan santun

Labels