Kamis, 27 November 2014

Ijazah al-Hilali kepada ash-Shani’: Siapa Penulis Aunul Ma’bud ??

0 komentar

taqihelali2992 New Picture

(Syaikh al-Hilali (kiri) dan Syaikh ash-Shani’ (Kanan))

Diantara faidah menelusuri nash ijazah ulama adalah banyaknya informasi yang tidak didapat jika kita hanya menelusuri biografi ulama dalam sebuah kitab biografi umum. Nash ijazah mengungkap berbagai hal yang penting dalam ilmu riwayah. Semisal info ijazah apa yang diberikan syaikh kepada muridnya, dari siapa syaikh mengambil riwayat, bagaimana bacaan beliau kepada gurunya, bagaimana pula pendapatnya tentang guru-gurunya tersebut dan lain sebagainya dari faidah-faidah ilmiyah. Pada kesempatan kita kali ini, kita akan mengungkap nash ijazah guru dari guru-guru kita muhajir dijalan Allah, Fadhilatusy Syaikh Muhammad Taqiyuddin bin Abdul Qadir al-Hilali al-Maghribi rahimahullahu (w. 1407 H), kepada salah satu muridnya yang merupakan musnid di zamannya yaitu Syaikh Sulaiman Ash-Shani’ rahimahullahu.

Ijazah ini dapat kita temukan dalam kumpulan ijazah Syaikh Sulaiman yang dikumpulkan oleh Syaikh Shalih bin Sulaiman al-Hijji yang diberi nama “Tsamr al-Yani fi Ijazat ash-Shani’”.

Dalam kitab ini, dikumpulkan nash-nash ijazah bagi Syaikh ash-Shani’ lengkap dengan transkrip dan gambar ijazah aslinya dari berbagai syaikh, di antaranya dari Syaikh al-Hilali (hal. 282-284).

New Picture (2) New Picture (1)

Nash Ijazah

Segala puji bagi Allah yang telah memberi izin kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dari hamba-Nya dalam menempuh jalan kebenaran, jalan yang pernah ditempuh sebaik-baiknya hamba, yang menjadi jaminan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Shalawat serta salam kepada orang yang Allah mengeluarkan dengannya manusia, dari kegelapan menuju cahaya, dan menurunkan kepadanya kitab-Nya, sebagai petunjuk dan obat bagi manusia dari apa-apa yang ada dalam hatinya. Dan juga kepada keluarganya dan para sahabatnya, yang sangat bersemangat dalam mengikuti jejaknya. Dan kepada yang mengikuti mereka dengan baik tanpa menambah maupun menguranginya sampai hari kiamat. Amma ba’du.

Sesungguhnya saudara dan sahabat kami karena Allah, Syaikh Sulaiman bin Abdurrahman bin Muhammad dari Keluarga ash-Shani’. Beliau adalah orang yang sibuk dalam berbagai ilmu mengenai Kitabullah dan Sunnah yang suci dan berbagai permasalahan tentangnya. Dan telah bersusah payah dalam memeriksa tiap persoalannya. Meminta kepada saya agar memberinya ijazah dalam riwayat apa-apa yang saya mengambilnya dari Ustadz kami, al-Allamah, yang juhud dan wara’, yang menempuh jalan shalafus shalih, Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfuri al-Hindi –aku meminta kepada Allah agar merahmatinya, dan agar memasukannya kedalam surganya-, Maka aku ijazahi riwayat karya tulis guru kami itu, seperti Tuhfatul Ahwadzi, aku telah membacakan kepada beliau banyak darinya dan ijazah bagi keseluruhannya, sebagaimana pula aku telah membacakan kitab Qira’at Khalful Imam, Tsulatsiyat Bukhari, Awail Said Sunbul, dan juga semua yang ditulisnya seperti Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abu Dawud, yang mana beliau termasuk salah satu penulisnya, sebagaimana beliau mengabarkannya kepada ku secara lisan. Dan juga semua riwayat beliau yang disebutkan dalam Juz’un Maktub al-Latif dari Penutup Para Muhaqiq Syaikh Nadzir Husein dengan sanad-sanadnya yang disebutkan di sana dengan ijazah khash dan ammah dalam kitab yang telah disebutkan tadi, kepadanya.

Aku berwasiat agar bertakwa kepada Allah dan tawadhu kepada penuntut ilmu, dan memuliakan mereka dengan segenap kemampuan, dan berkata ketika tidak tahu, “tidak tahu”.

Semoga kita semua dimudahkan oleh Allah, dalam mengikuti sebaik-baiknya pendahulu (Nabi shallallahu’alaihi wasallam) dan juga orang-orang yang mendahului kita (dalam keimanan) dari kalangan mujahirin dan anshor.

Dan akhir seruan kami, alham dulillahirabil’alamin.

Diimla’kan oleh yang sangat butuh kepada Allah yang Maha Kaya, Muhammad Taqiyuddin bin Abdul Qadir al-Hilali al-Maghribi, semoga Allah mengasihinya.

Di Jeddah, 7 Muharam 1376 H, ditulis oleh Abdul Mu’min al-Hilali dengan dikte bapaknya.

Faidah :

1. Pujian dari Syaikh al-Hilali kepada Syaikh Sulaiman ash-Shani

2. Pujian dari Syaikh al-Hilali kepada gurunya al-Allamah Abdurrahman al-Mubarakfuri

3. Al-Allamah Abdurrahman al-Mubarakfuri seorang salafi menurut kesaksian Syaikh al-Hilali

4. Catatan sejumlah bacaan dan ijazah Syaikh al-Hilali yang beliau ambil dari gurunya itu

5. Kebiasaan ahli riwayat membacakan Awail dan Tsulatsiyat pada perjumpaan dengan seorang musnid

6. Dalam ijazah ini, Syaikh al-Hilali hanya menyebutkan riwayatnya dari Syaikh Abdurrahman al-Mubarakfuri, sedangkan baginya ada ijazah dari Musnid lain. Dimungkinkan selain karena beliau memenuhi permintaan Syaikh Ash-Shani, juga karena beliau tidak menyukai riwayat dari sejumlah gurunya yang sufiyyah. Baginya, riwayat dari banyak ulama yang lain dari Maghrib sampai India hanya saja beliau meninggalkannya karena mereka penganut sufiyyah.

7. Disini ada kesaksian dari Syaikh al-Hilali bahwa gurunya Syaikh al-Mubarakfuri termasuk salah satu penulis Aunul Ma’bud yang sekarang banyak dinisbat kan kepada al-Allamah Muhammad Syamsul Haq al-Adzim Aabadi. Sebenar nya Syaikh Muhammad Syamsul Haq adalah penyusun kitab Ghayatul Maqshud fi Hal Sunan Abi Dawud yakni sebuah syarah yang sangat besar, dan termasuk sebaik-baiknya syarah Sunan Abu Dawud, bukan Aunul Ma’bud. Adapun Syarah Aunul Ma’bud dibuat oleh beberapa ulama dengan dipimpin oleh Syaikh Muhammad Syamsul Haq, di antara yang ikut serta membuatnya adalah Syaikh Syaraful Haq al-Adzim Aabdi dan Syaikh Abdurrahman al-Mubarakfuri.

8. Ijazah boleh dengan cara didiktekan guru kepada muridnya atau kepada siapa yang dipercaya olehnya. Yang terpenting darinya adalah lafazh dari ijazah tersebut. Maka tidak jarang ijazah kepada seorang murid dari gurunya tapi bukan dengan tulisan tangan gurunya ditemukan dalam berbagai manuskrip ijazah. [as-Surianji].

Leave a Reply

Mohon berkomentar dengan santun

Labels