Kamis, 27 November 2014

Tsabat Abu Bakar Khuwaqir

0 komentar

New Picture (7)

Judul : Tsabat Al-Atsbat Asy-Syahirah

Penulis : Abu Bakar bin Muhammad Arif Khuwaqir al-Makki

(1284 – 1349 H)

Tahqiq : Rasyid bin Ammar al-Ghufaily

Jumlah halaman : 113

Dicetak berdasarkan manuskrip di Maktabah al-Haram al-Makki asy-Syarif dari tulisan tangan muridnya, Syaikh Abdussattar ad-Dihlawi no naskah 4273/4182.

Tentang Penulis :

Beliau adalah al-Allamah al-Mujahid al-Muhadits as-Faqih as-Salafy al-Muhaqiq Abu Bakar bin Syaikh Muhammad Arif bin Abdul Qadir bin Muhammad Ali Khuwaqir al-Makki al-Kutbi al-Hanbali. Imam dan Mudaris di Masjidil Haram, mufti bagi Mazhab Hanbali, dan anggota majelis tinggi ulama Hijaz dimasa nya. Keras terhadap ahli bid’ah dan khurafat, sampai dua kali dipenjara dengan tuduhan wahabi karena dakwahnya. Itu terjadi pada masa sebelum berkuasanya Malik Abdul Aziz atas Hijaz.

Diantara murid beliau : juru tulis tsabat ini, Syaikh al-Mu’arikh Abdussattar bin Abdul Wahab ad-Dihlawi, Syaikh al-Mu’arikh Muhammad Raghib ath-Thabakh, Syaikh Muhammad Ismail as-Salafy, Syaikh Shalih bin Utsman al-Qadhi, Syaikh Abdurrazzaq Hamzah dan lainnya.

Tentang Isi Kitab :

Tsabat ini termasuk tsabat kecil, para ulama kadang menyebut tsabat ini dengan Musnad Atsbat asy-Syahirah. Didalam tsabat ini terkadung banyak sekali faidah, maksudnya selain faidah berupa jalur-jalur silsilah periwayatan beliau dari guru-guru Syaikh Abu Bakr Khuwaqir yang berjumlah 10 orang.

Diantara faidah tambahan itu :

1. Menurut beliau isnad ini layaknya nasab dalam silsilah keluarga

2. Isnad juga merupakan sunnah salaf yang kemudian diikuti khalaf.

3. Ijazah ini maknanya izin atau pembolehan untuk meriwayatkan

4. Tsabat itu sendiri bermakna kurang lebih sama dengan al-Masyaikhat, al-Mu’jam, al-Barnamaj dan al-Fihrist.

5. Ada jenis ijazah yang diamalkan oleh sebagian ulama dan mereka menerima keshahihannya, yaitu ijazah ammah bagi ahli zamannya atau ijazah umum bagi semua orang yang menjumpai masa hidup mereka. Diantara ulama yang menerima atau mengamalkannya :

1. Guru-guru beliau : Muhammad bin Khalil al-Qawuqji, Nadzir Husein ad-Dihlawi dan Husein bin Muhsin al-Anshari

2. Syaikh Abdurrahman bin Sulaiman al-Ahdal

3. Syaikh Abdurrahman al-Kuzbari

4. Syaikh Muhammad Abid as-Sindi

5. Syaikh Abdul Latif bin Syaikh Ali al-Bairuti

6. Syaikh Falih bin Muhammad adh-Dhahiri

6. Sebagian ulama juga menganggap sah ijazah bagi anak kecil yang belum tamyiz sebagaimana dalam ijazah Sayyid Nadzir Husein ad-Dihlawi demikian pula Syaikh Husein bin Muhsin al-Anshari.

7. Munawah yang disertai ijazah adalah cara menerima hadits tertinggi dalam bab ijazah disisi muhaditsin

8. Syaikh menyebut salah satu jalur musalsal bil awaliya dengan istilah “awaliya haqiqiyah muthlaqah” atau “awaliya muthlaqah” ini artinya hadits tersebut benar-benar hadits pertama yang didengar dari gurunya.

9. Diakhir ijazah Syaikh menyebutkan tiga faidah :

1. Bahwa ijazah disini maknanya izin dan pembolehan, dengan maksud memelihara ketersambungan sanad, menyambungkan kebaikannya dan mendapatkan barokahnya.

2. Tentang kebiasaan ucapan muhadits dalam ijazah, “dengan syarat mu’tabar disisi ahli hadits” menurut guru beliau -Syaikh Husein al-Anshari- maknanya satu yaitu larangan merubah dan mengganti apa yang diriwayatkan dari gurunya.

3. Tentang kebiasaan memberikan wasiat seorang mujiz kepada muridnya diakhir ijazah. Misalkan dengan nasihat agar bertakwa kepada Allah, agar merutinkan membaca al-Qur’an, berdzikir dan lainnya. Dan ini wasiat kebaikan yang harus dilaksanakan mujaz [as-surianji].

Leave a Reply

Mohon berkomentar dengan santun

Labels